Pilih Bahasa

081379660417 fppk@ubb.ac.id FPPK Universitas BangkaBelitung

Berita

Mahasiswa Agroteknologi FPPK UBB Kunjungi Penangkaran Plasma Nutfah Anggrek

Mahasiswa Agroteknologi FPPK UBB Kunjungi Penangkaran Plasma Nutfah Anggrek

Mahasiswa Agroteknologi FPPK UBB Kunjungi Penangkaran Plasma Nutfah Anggrek selama 4 Hari dari tanggal 17 - 20 September 2025 di Kampung Daun, Desa Penyamun, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka.

 

Mahasiswa Agroteknologi Universitas Bangka Belitung kunjungi salah satu tempat penangkaran anggrek spesies khas Bangka di Kampung Daun, Desa Penyamun, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka.

Kegiatan kunjungan selama 4 hari (17-20 September 2025) ini dilaksanakan guna melihat berbagai jenis plasma nutfah anggrek yang dikembangkan di tempat penangkaran anggrek Kampung Daun yang dikelola oleh Ibu Dian dan Pak Tulis.

Namun, tak hanya anggrek beberapa jenis spesies tanaman hutan seperti seruk, pelawan, waru dan jenis pohon lainnya juga dikembangkan ditempat ini.

Pak Tulis menyampaikan, latar belakang kegiatan penangkaran ini disebabkan aktivitas penambangan makin hari kian bertambah, akibatnya terjadi alih fungsi lahan terus menerus. Kegiatan penambangan ini menyebabkan perubahan ekosistem lahan dan terancam hilangnya habitat spesies lokal khas Bangka Belitung, salah satunya anggrek lokal, Bangka.

Kata beliau anggrek lokal Bangka Belitung menjadi salah satu tanaman yang diharapkan terjaga kelestarian nya, ada puluhan bahkan ratusan jenis spesies yang diduga ada di pulau Bangka iniini mulai dari jenis anggrek epipit,semi epipit bahkan terestrial, sehingga kita perlu melakukan tindakan pengembangan terhadap spesies-spesies anggrek yang terancam punah akibat beberapa aktivitas diatas.

"Seperti yang kita tau adik-adik proses penambangan dan beberapa kegiatan lain yang menyebabkan alih fungsi lahan, degradasi lahan, hal itu membuat beberapa tanaman lokal terancam kehilangan habitatnya, jadi kami menyelamatkan tanaman yang bisa diselamatkan kemudian kami kembangkan disini, seperti berbagai spesies anggrek yang ada disini". Ujar pak Tulis.

Penangkaran anggrek dikampung daun juga diloporo oleh ibu Dian salah satu orang yang membersamai pengembangan anggrek lokal di Bangka Belitung, ibu Dian juga sudah pernah menerbitkan buka mengenai identifikasi 60 spesies anggrek lokal, beliau juga menyinggung bahwa beliau sudah menyelamatkan lebih dari 142 anggrek spesies, namun 42 diantaranya belum ditemukan ID nya.

Nilai dari anggrek lokal khas Bangka juga tidak bisa diremehkan begitu saja, bersama Kampung Daun, nilai anggrek lokal tetap dipertahankan, hal ini juga disampaikan beliau dari beberapa kontes pameran anggrek yang beliau ikuti. Kata beliau juga, Bangka Belitung jangan hanya dikenal sebagai daerah dengan 1000 kolongnya akan tetapi juga dikenal dengan keragaman spesies anggrek nya.

"Bangka Belitung jangan hanya terkenal dengan 1000 kolongnya saja, saya berharap Bangka Belitung terkenal juga dengan Anggrek nya, salah satu yang saya ikutkan kontes adalah anggrek Bulan, ketika kontes berakhir orang-orang menjual anggrek dengan harga rendah, namun kami tetep mempertahankan anggrek dengan nilai jual yang awalnya memang dinilai tinggi, bukti nya ada saja yang tertarik, ibaratkan terjual 1 dengan nilai tinggi kita bisa menyelamatkan 9 nya untuk kita kembangkan lagi" Ujar Ibu Dian.

Kampung Daun juga memiliki tujuan yang sangat bagus yakni menjadi tempat ini sebagai tempat belajar anak-anak dengan berbagai fasilitas bacaan dan taman bermain yang sangat memadai, serta diluar itu Kampung Daun juga bisa menjadi tempat umum untuk orang-orang yang ingin belajar mengenai anggrek, identifikasi anggrek dan beberapa tanaman lokal lainnya.

Pak Tulis juga menyinggung banyak dari kita generasi dibawah 40an yang sudah tidak tau berbagai jenis spesies yang awalnya penomenal sampai dijadikan nama untuk hampir semua daerah di Bangka Belitung, misalkan saja nama daerah seperti Tukak, Pelempah, Jelutung dan lainnya yang menggunakan nama pohon namun sekarang kemana pohon-pohon tersebut.

"Coba kita perhatikan daerah kita dominan menggunakan nama spesies pohon bukan untuk menamai daerah nya? Lalu kemana pohon-pohon tersebut, bahkan generasi sekarang belum tentu tau bagaimana bentuk dari pohon-pohon tersebut, jadi kita berusaha juga menjaga dan mengembangkan agar tidak punah". Ujar Pak Tulis.

Bersamaan dengan moto Kampung Daun yakni "Membangun inspirasi dengan keragaman dan keberagaman hingga timbul kreatifitas" dari sini Ibu Dian dan Pak Tulis ingin mengembangkan Kampung Daun ini menjadi sarana belajar, bermain, dan yang utama sarana sebagai tempat penangkaran anggrek lokal yang harus diselamatkan dan dikembangkan di Bangka Belitung ini.

Serta, Ibu Dian juga menyinggung bahwa beliau akan berjuang untuk memperkenalkan Anggrek Lokal Bangka Belitung itu ke Nasional/Internasional melalui berbagai pameran. Karena ini meruapakan hal yang bagus untuk mengubah citra Bangka Belitung jangan hanya terkenal dengan 1000 kolongnya.

Oleh Karena itu Bersmaa Kampung daun kita bisa menyelamatkan, melestarikan bahkan mengembangkan banyaknya spesies anggrek lokal potensial di Bangka Belitung ini, dengan cara belajar mengenal dan bersahabat dengan alam kita bersama-sama ikut serta sama pengembangannya.

Kampung Daun rencana akan diresmikan tahun depan, dengan goals sebagai sarana belajar dan bermain untuk masyarakat.