Pilih Bahasa

081379660417 fppk@ubb.ac.id FPPK Universitas BangkaBelitung

Pengelolaan Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil

Sekilas Mengenai Ekosistem Karbon Biru Apa itu karbon biru?

Sekilas Mengenai Ekosistem Karbon Biru  Apa itu karbon biru?

Karbon biru mengacu pada karbon yang diserap, disimpan, dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Ekosistem karbon biru pesisir (misalnya, bakau, rawa asin, dan lamun) memainkan peran penting dalam penyerapan dan penyimpanan karbon jangka panjang, sehingga membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Tidak seperti tanah terestrial, sedimen yang mendasari ekosistem karbon biru sebagian besar anaerob (tanpa oksigen). Karenanya, karbon dalam sedimen terurai sangat lambat dan dapat disimpan selama ratusan hingga ribuan tahun (IPCC. 2014b). Oleh karena itu, laju penyerapan karbon dalam sedimen dan ukuran endapan karbon dapat terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurut Chmura et al (2003) Proses tersebut menunjukkan peran penting yang dimainkan oleh ekosistem karbon biru dalam mitigasi (penyerapan karbon) dan adaptasi (pertambahan vertikal sebagai respons terhadap kenaikan permukaan laut; lahan basah juga mengurangi energi gelombang dan dampak kenaikan permukaan laut dan gelombang badai).

Meskipun mereka adalah beberapa ekosistem paling kaya karbon di Bumi, mereka juga sangat terancam. Begitu mereka terdegradasi atau dihancurkan, karbon yang tersimpan dapat dilepaskan ke atmosfer dan lautan dan bisa menjadi pendorong utama perubahan iklim (Kaufmann et al, 2014).

 

Penyerapan karbon di hutan bakau vs. hutan terestrial. Sumber: Conservation International

Sebagai pemilik 17 persen cadangan karbon biru dunia, Indonesia memiliki peluang besar memanfaatkan Ekosistem Karbon Biru sebagai salah satu solusi untuk mengatasi perubahan iklim. Ekosistem karbon biru yang meliputi hutan mangrove, padang lamun (seagrass), rawa air asin (salt marshes), memiliki potensi yang besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon (carbon sequestration and storage) yang berperan penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Ekosistem karbon biru juga memegang peran signifikan untuk adaptasi perubahan iklim terutama bagi masyarakat pesisir yang ruang hidup dan penghidupannya berpotensi terdampak oleh climate-related coastal risks, seperti cuaca ekstrem, badai, erosi, banjir dan sebagainya. Berbagai risiko ini bisa mengakibatkan dampak sosial-ekonomi, terancamnya keanekaragaman hayati, dan berkurangnya layanan ekosistem yang berdampak pada kelangsungan hidup manusia dan alam. Lima kebijakan Ekonomi Biru yang sedang didorong KKP disebutnya meliputi (1) Memperluas dan Menetapkan Kawasan Konservasi Baru hingga 30 %, (2) Perikanan Tangkap Terukur berbasis Kuota, (3) Pembangunan Perikanan Budidaya Laut, Pesisir dan Darat yang ramah lingkungan, (4) Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, (5) Pengelolaan Sampah plastik di laut. Hal ini sejalan dengan semangat ekosistem karbon biru yang dikelola secara berkelanjutan dan dipertahankan integritasnya diakui oleh UNFCCC dan di Paris Agreement

 Paris Agreement (preambular):“Nothing the importance of ensuring the integrityof all ecosystems, including oceans, and the protection of biodiversity...”.and also mentioned in Paris Agreement Article 5.1: “Parties should take action to conserve and enhance, as appropriate, sinks and reservoirs of greenhouse gases as referred to in Article 4, paragraph 1 (d), of the Convention, including forests.”

UNFCCC Article 4.1:

(commitments): “all Parties shall promote sustainable management, and promote and cooperate in the conservation and enhancement, as appropriate, of sinks and reservoirs of all greenhouse gases, including biomass, forests and oceans as well as other terrestrial, coastal and marine ecosystems.”